Bakat Sepakat -Aliran Rasa-

Berlari, Terus Berlari

Usia batita suka sekali bermain di alam bebas sambil berlarian ke sana ke mari. Walaupun hidung meler, kalau sudah terdengar aba-aba satu dua tiga dari mulut mungilnya itu tanda Anaya akan berlari seakan sedang lomba berlari.

More

Melukis Pertama Kali

Melukis. Salah satu aktivitas yang belum pernah aku coba untuk diriku dan Anaya untuk mengenali bakatnya. 😀 Melukis ternyata banyak sekali manfaatnya yaa. Melukis dapat mengetahui emosi anak dan dapat meningkatkan kreatifitas dan imajinasi anak.

More

Ayam dan Telur

Udara segar di pagi hari selalu membuat hati nyaman dan tentram. Nyamannya pagi ini semoga Anaya merasakan hal yang sama, supaya kami berada di satu frekuensi. Di pagi ini, sambil berbicara mengenal ciptaan Allah, umma dan Anaya menengok ayam betina yang sedang mengerami telornya di pekarangan.

Ups! Kami tak melihat ayam betina itu. Dengan santai, Anaya menunjuk ke arah luar pagar bambu dan kami melihat ayam

More

Yuk, Bertanggung Jawab

Apakah Anaya memiliki bakat sebagai seorang pemimpin? Terlalu dini kah untuk menentukan bakat Anaya? Dan semua pertanyaan yamg sering muncul dalam otakku, semua berbanding lurus dengan LATIHAN (dilatih, dibimbing) dan faktor turunan.

Untuk melihat apakah Anaya memiliki bakat sebagai seorang pemimpin, aku harus mengamati dengan lebih teliti dan tentu harus diimbangi dengan pola asuh. Bagaimana anak dapat mandiri, bertanggung jawab, berempati tinggi dan lain sebagainya perlu latihan dan penanganan, bukan makjegleg anak bisa sendiri.

Sedini mungkin mengajari anak untuk bisa mempertanggungjawabkan apa yang sudah ia lakukan.

Tadi pagi Anaya menuang air dari gelas umma ke dalam gelas kosongnya. Kemudian isi gelasnya sudah dipenuhi hingga tertumpah. Sebagai bentuk tanggung jawabnya, dia mengambil lap kanebo di dapur dan mengelap meja rias yang terumpah air gelas tersebut di kamar.

Semoga yang kami terapkan ini akan bermanfaat untuk Anaya dewasa nanti, selalu bertanggungjawab di segala kondisi.

Tak Mudah Goyah

Kamu tuh ya, apa-apa nurutin kemauan anak.”
“Tuh kan manja bener anakmu.”
Kalimat-kalimat yang membawa aura negatif tertuju padaku dan harus segera aku tepis.

Sejatinya, tidak ada ibu yang akan mencelakakan anaknya. Begitu pun aku. Mana mungkin aku akan tega membuatnya tergelincir nanti. Maka aku mulai melatihnya cara mendaki yang baik. Cara mendidik anak boleh beda tapi tetap sesuai pada fitrah anak.

Seperti halnya bakat pada anak, untuk mengasah bakat anak tetap harus mengikuti fitrah anak dan tanpa paksaan apapun. Supaya hasilnya mengalir indah tepat sasaran.

Memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan bukan berarti memanjakannya. Kadang emak baper kalau ada yang komen memanjakan anak. Hihihi. Percaya diri merupalan awal dari pembentukan karakter anak. Dengan begitu, anak akan percaya diri untuk bereksplor ke mana pun yang ia sukai, yang biasanya muncul bakat dengan sendirinya.

Sedari kecil Anaya mulai dilatih untuk memilih dan memberikan alasan kenapa memilih itu. Ketika Anaya berkata mau “A” dengan segala alasan yang ia berikan, insyaAllah akan bermanfaat kelak ketika ia mulai bersosialisi.

Aku Hiu dan Kamu Lumba-lumba

Di siang hari,
Anaya :”Umma, odong-odong di mana ya?” (Mencari buku dongeng odong-odong di rak buku)
Umma : (masih diam sambil melihat Anaya)

Anaya terus mencari buku dongeng tersebut, sambil berbicara sendiri. 😀 Dan alhamdulillah dia menemukan buku yang ia cari. Ia ambil bukunya dan meletakkannya ke kasur dengan senang.

Anaya :”Umma, terus gimana pakumisnya?”
Umma :”Ok, tunggu sebentar.” (Sambil menyusul ke kamar)

Kali ini, selain membacakan dongeng, aku mengajaknya bermain peran seperti di dalam buku dongeng tersebut. Anaya berperan sebagai lumba-lumba dan aku berperan sebagai anak hiu. Ini kali pertama kami bermain peran, biasanya emaknya hanya bermain peran dengan boneka tangan tapi kali ini Anaya ikut memerankan hewan mamalia.

Awalnya Anaya bingung dengan apa yang aku ucapkan, namun lama-lama ia mulai mengerti. Ia menjadi lumba-lumba yang ditolong oleh seekor ikan hiu. Aku mengapresiasikan kemauannya untuk bermain peran bersama walaupun sepertinya kurang cocok untuk anak sesusianya hehhe.

Namun, di dalam kesehariannya Anaya bermain peran dengan boneka dan beberapa mainan miliknya. Hanya saja, di sini Anaya tetap menjadi Anaya bukan memerankan tokoh lain.

Stimulus tetap berlanjut, jangan kasih kendor!

Ceria Beberes Mainan

Alhamdulillah minggu ini emak libur dinas luar dan berjanji mengajak Anaya ke pantai pagi hari. Jam enam pagi Anaya belum bangun, lewat 30 menit masih belum bangun. Anaya diganggu oleh siapa pun supaya bangun tetapi dijawab ‘nunun saja’.

Jam delapan pagi berangkat ke pantai dan jam setengah sebelas

More

Ikuti Eyang Menari

Ada saja tingkah menggemaskan yang dikeluarkan oleh anak seusianya. Bawaan yang selalu riang gembira di segala situasi membuat kami yang dewasa banyak belajar darinya. Bersyukur di tiap waktu, ketika miring sedikit buru-buru diluruskan untuk tetap bersyukur.

Anaya, yang kadang emak lebay memikirkan masa depannya sehingga melupakanNya. Sepintas terlihat kaki kanan dan kaki kirinya tidak sama, bahkan terlihat jelas perbedaan besar kecil kedua kakinya. Entah mengapa kecemasan selalu datang di malam saat akan beristirahat, memperhatikan dan mengukur kedua kaki Anaya. Meyakinkan diri bahwa kaki Anaya memiliki ukuran berbeda dan di lain waktu yakin bahwa kaki Anaya panjangnya sama. Seperti itu terus yang ku lakukan, seakan melawan takdir.

Allah tak pernah menciptakan produk gagal.

Sore ini, eyang uti mengajari Anaya menari mengikuti irama suara eyang. Kaki digerakan maju-mundur kanan-kiri dan sesekali berputar. Kembali ku amati gerakan kaki Anaya, mencari celah secara nyata.

Sekali lagi, Allah tak pernah menciptakan produk gagal. Anaya tetap lincah mengikuti gerakan eyang uti dengan semaunya. Tertawa renyah saat ia tak bisa mengikuti tariannya dan terus berusaha menari dengan kreasinya. Ah, begitu kurang bersyukurnya aku ini dan aku menyesali diri ini sebagai ibu yang berpikiran pendek. Hanya melihat sesuatu dari apa yang terlihat sekilas bukan secara keseluruhan. Seharusnya aku mengamati kesukaan dan ketertarikan Anaya dalam menari, Anaya terlihat menyukai aktifitas ini. :’)

Seorang Kapiten Bernyanyi

Bakat anak harus digali terus menerus dengan sejuta aktivitas yang diberikan. Waktuku untuk Anaya telah terpotong dengan aktivitasku di luar rumah tanpanya membuatku harus wajib memiliki “waktu berkualitas” untuk menemani tumbuh kembangnya. Aktivitas remeh temeh namun InsyaAllah bermanfaat yang kulakukan adalah bernyanyi bersamanya. Aktivitas ini sering kami lakukan tapi baru kali ini aku akan mengamatinya. Hehe.

Aku keluarkan Smart Hafidz milik Abang Keenan dan aku aktifkan suara micnya. Aku mengajaknya bernyanyi menggunakan mic. Awalnya eyang Anaya yang bernyanyi menggunakan mic, lama kelamaan Anaya mulai mengikutinya. Dinyanyikannya lagu Indonesia Raya berulang kali olehnya, tanpa rasa lelah dan telihat sangat menikmati. Suaranya yang lucu menggemaskan membuat kami yang mendengarkan ikut bernyanyi.

Ohya, beberapa hari yang lalu Anaya menata kursi berurutan dari yang paling pendek dan yang tertinggi dan mendorongnya sampai menempel pada bangku. Kemudian dia menaikinya perlahan hingga berdiri di atas bangku, serasa Anaya menaiki panggung deh.
Tak pernah ada yang mengajarinya, mungkin merupakan naluri anak, Anaya bernyanyi di atas bangku dengan lincahnya.

Setelah aku amati aktivitas ini, Anaya berada di tingkat “Anaya menagih ingin melakukannya lagi”. Besok bermain apa lagi, kira-kira apa yaa permainan yang cocok untuk Anaya?

Previous Older Entries